hi.. nama saya patar sardo situmorang. mari bergabung dan saling berbagi ilmu..,
picasion.com O tano batak haholonganku Sai na masihol do au tu ho Dang olo modom dang nop matakku Sai namalungun do au Sai naeng tu ho Molo dung bissar mataniari Lao manondangi hauma i Godang do ngolu siganup ari Mambahen masihol do au Sai naeng tu ho O tano batak andigan sahat Dapothononku tano hagodangan ki O tano batak sai naeng hutatap Au on naeng mian di ho Sambulon hi

Kamis, 04 Agustus 2011

Kapan membeli saham?

INVESTASI
Kapan membeli saham?
OLEH ELVIN G MASASSYA
(KOMPAS, 31 Juli 2011)

Menjual saham juga bisa dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih dalam karena harga saham tidak kunjung naik, berada dibawah harga beli, atau malah terus merosot. nah, dalam situasi seperti itu, investor mesti mengambil keputusan apakah saham yang telah dimiliki sebaiknya dijual atau dipegang ter
kita akan membahas kapan waktu yang tepatuntuk membeli saham. membeli saham disini bukan semata-mata terhadap saham yang belum dimiliki, tetapi juga bisa dengan maksud untuk menambah jumlah saham yang dimiliki.
jika anda sudah memiliki saham A, dan harganya ternyata naik terus, anda bisa saja bukan menjual saham yang telah anda miliki, tetapi malah menambah jumlah saham tersebut. Jadi, pada gilirannya nanti, ketika harga sudah meningkat dan anda bermaksud menjualnya, nilai penjualan saham anda akan lebih besar. itu disebut dengan average up.
Demikian juga saat ini jika anda memegang saham yang harga di pasarnya jauh di bawah harga beli. Jika anda yakin saham tersebut akan meningkat, saat ini anda mesti membeli lagi saham yang sama dalam jumlah cukup besar sehingga rata-rata harga beli saham tersebut akan lebih rendah. ini akan memudahkan anda untuk melepasnya karena tidak perlu menunggu kenaikan harga yang lebih tinggi. Sebab, harga beli rata-rata anda sudah lebih rendah ketimbang pertama kali anda beli. ini diistilahkan averaging down.
Kapan waktu yang pas untuk membeli saham-saham tersebut? secara konseptual, pembelian saham dilakukan ketika harga saham masih murah dan dijual ketika harganya meningkat. ini basic sekali. Disebut juga dengan istilah buy low, sell high.
Kapan sebuah saham dianggap murah? banyak cara untuk mengetahuinya, misalnya dengan melihat berapa price to book value (PBV) atau price earning ratio (PER) dari sebuah saham. Jika PBV dan PER-nya relatif rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis, saham tersebut dianggap murah. Namun, apakah lantas langsung bisa dibeli? bisa jadi setelah anda beli, harganya tetap segitu-segitu saja. Kenapa? karena kinerja perusahaannya memang jelek dan tetap jelek. Jadi, mana mungkin harga sahamnya meningkat?
Selain itu, ada juga konsep yang disebut dengan buy high, sell higher. Artinya, anda membeli saham yang harganya sudah tinggi, baik dilihat dari PBV maupun PER-nya. Namun, bisa saja tetap mengalami peningkatan, baik karena kinerja perusahaan yang terus meningkat maupun karena investor lain juga berminat untuk mengoleksi saham tersebut.
Menghindari kerugian
Masalahnya, berapa jauh satu saham bisa terus “terbang tinggi”? katakanlah saham A, harganya RP 1.000, lalu meningkat menjadi RP 1.100. Lalu, anda beli pada harga RP 1.100 dengan harapan akan naik lagi menjadi RP 1.200. Apakah memang seperti itu? Bisa terjadi, bisa juga malah sebaliknya. Setelah mencapai harga RP 1.100, anda membeli investor lain yang menjual, dan pada gilirannya harga saham akan kembali ke RP 1.000. Maka, yang anda peroleh adalah potensi kerugian. Bagaiman menghindari semua itu?
Pertama, siapkan sekeranjang saham pilihan yang secara fundamental bagus. Ini biasanya disebut saham Blue chip atau saham yang masuk dalam kategori LQ 45. Anda mesti melakukan diversivikasi sektor dari saham yang ada di keranjang tersebut. untuk memilih calon-calon saham yang hendak dibeli, anda bisa melakukan analisis berbagai perusahaan sekuritas. selain itu, saham-saham rekomendasi juga banyak tertera di surat kabar dan internet.
Kedua, memilih dari isi keranjang, saham yang siap untuk dibeli. saham-saham yang sudah masuk dalam keranjang tentu harus anda analisis dari beberapahal, misalnya berapa volume transaksinya secara harian dalam beberapa pecan atau bulan terakhir. Percuma harga saham itu murah kalau volume transaksinya rendah. Sebab, ketika anda beli, akan sulit untuk menjualnya kembali. Untuk melihat volume transaksi tersebut, bandingkan saja nilai jual-belinya dengan saham-saham lain yang ada di dalam keranjang pilihan saham anda.
Intinya, pertimbangkan hanya saham yang volume transaksinya besar. Jadi, kalau di keranjang tersebut ada 10 saham, setelah disekleksi aspek volume transaksinya, mungkin hanya tersisa lima saham yang layak dibeli. Sebagai investor ritel, memang sebaiknya jangan mengelola terlalu banyak saham. Lima saham sudah cukup asalkan kemudian secara rutin anda mempelajari dan mengenali saham-saham tersebut secara lebih dalam.
Ketiga, kapan mulai membeli saham-saham tersebut? Secara umum, saham-saham yang memiliki fundamen bagus dan volume transaksi besar bisa dibeli ketika harga sahamnya mengalami koreksi. Akan tetapi, koreksi tersebut lebih disebabkan oleh faktor sentimen pasar, bukan karena fundamen yang anjlok. Apalagi kalau tujuan anda membeli saham dimaksud adalah untuk jangka yang cukup panjang, apakah itu dipegang dalam kurun waktu enam bulan, setahun, dan seterusnya. Jdi, bukan untuk diperdagangkan harian. Makna koreksi disini lebih karena sentiment terhadap keseluruhan pasar memang sedang negatif, yang dicerminkan oleh penurunan indeks harga saham gabungan. Dengan kata lain, yang mengalami penurunan harga bukan Cuma saham yang anda bidik, tetapi juga saham-saham lain.
Keberhasilan membeli saham juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti informasi dan timing. Di pasar modal, biasanya awal semester adalah saat yang ramai untuk transaksi-transaksi. Kenapa? karena emiten-emiten baru melaporkan kinerja semester pertama. jika kinerjanya bagus, sahamnya pasti akan diburu investor. Jika anda mengetahui informasi semacam itu, tentu anda bisa turut serta mengoleksi saham-saham dengan kinerja bagus.

PASAR MODAL



Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereneging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komunitas dan sekuritas, yakti Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas.
Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij Goalpara di Batavia mengeluarkan prospektus penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per saham. Empat tahun berikutnya (1896), harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospektus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga perdana 100 gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut diperjualbelikan. Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah saham yang listing di bursa Amsterdam tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan Semarang. Dapat dikatakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasra modal Indonesia.
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.

PATAR SARDO SITUMORANG

belajar photosp gratis